TREN DAN TANTANGAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

Irra Chrisyanti Dewi, Staf Pengajar Fakultas Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya

PENDAHULUAN

Pariwisata berkelanjutan hingga hari ini masih menjadi topik yang terus dibahas, karena menjadi faktor pendukung dalam perekonomian di Indonesia dan dunia. Secara kompleks variabel pariwisata berkelanjutan bergantung pada banyak hal, misalnya terkait dengan bisnis, geografi, dan sebagainya. Sehingga, pariwisata berkelanjutan berhubungan erat dengan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan sebagai pilar yang berupaya mendukung kesejahteraan ekonomi, lingkungan yang berkualitas dan integritas sosial.

Pariwisata berkelanjutan menuntut kepedulian masyarakat pada lingkungannya. Dengan adanya kesadaran masyarakat pada lingkungan, berdampak pada tumbuh kembang kelanjutan pariwisata di Indonesia dan dunia.

PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pariwisata berkelanjutan tidak hanya mengangkat isu strategis di bidang lingkungan, namun lebih komprehensif. Di mana pembangunan ekonomi di Indonesia dan dunia terjadi secara koheren dengan pelestarian lingkungan dan isu pengentasan masyarakat miskin. Industri pariwisata menghasilkan pergerakan jutaan manusia yang berdampak pada datangnya ribuan wisatawan asing di destinasi wisata. Namun, tumbuh kembang pariwisata yang tidak terkendali berdampak pada kerusakaan yang serius seperti degradasi lingkungan dan budaya, ekosistem yang rapuh, polusi, konflik wisatawan dengan penduduk lokal, padatnya jumlah penduduk yang berlebihan, dan sebagainya. Hal tersebut dapat merugikan kesejahteraan secara global, sehingga pariwisata berkelanjutan harus segera bertindak sebagai pendukung konservasi seperti melestarikan kawasan alam dan satwa liar, mengelola situs yang bersejarah, manajemen sumber daya yang efisien, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pariwisata berkelanjutan secara fundamental mengacu pada pilar ekonomi, lingkungan dan sosial, sehingga pelaku wisata dan pemangku kepentingan memahami konsep dan prakteknya secara tepat. Di dalam pilar ekonomi, pariwisata berkelanjutan memandang pariwisata sebagai kegiatan yang memberikan energi ekonomi melalui operasional jangka panjang. Kemudian, memberikan kontribusi pada penciptaan lapangan kerja baru, meningkatkan pemasukan pendapatan dan pemerataan distribusi kekayaan melalui investasi pada destinasi yang kurang diminati, agar bisa dikembangkan lagi. Sedangkan, pada pilar lingkungan dituntut untuk melestarikan dan menghargai sumber daya alam. Karena pariwisata berkelanjutan kegiatannya bergantung pada sumber daya alam. Untuk itu, pariwisata berkelanjutan perlu melindungi dan melakukan konservasi sumber daya yang sama untuk membuat wisatawan memiliki kesadaran akan hal ini. Dan, pilar sosial dilakukan untuk konservasi warisan budaya dan sejarah. Pariwisata berkelanjutan berkewajiban menjaga keaslian nilai-nilai dan budaya setempat, sebab hal ini menjadi daya tarik suatu destinasi wisata. Salah satu sektor pariwisata berkelanjutan adalah ekowisata, di mana hingga hari ini terus berkembang dan menjadi bisnis penting bagi pelaku pariwisata.

Pariwisata berkelanjutan adalah agen utama yang bertanggung jawab atas adanya transformasi global. Namun, tantangan yang muncul adalah integrasi yang kongruen dari ketiga pilar tersebut di atas. Hal ini, agar dapat membantu pembangunan ekonomi di Indonesia dan dunia, meningkatkan kualitas hidup para wisatawan dan masyarakat, dan melindungi lingkungan yang berbudaya.

Kebijakan pariwisata berkelanjutan melibatkan para pemangku kepentingan berperan untuk memengaruhi dan dipengaruhi oleh aktivitas organisasi pariwisata. Masalah hukum, tekanan pasar, kecanggihan konsumen mendorong industri pariwisata mengembangkan lebih banyak lagi  kebijakan pariwisata berkelanjutan.

KEBIJAKAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

Pariwisata merupakan salah satu faktor pendukung perekonomian Indonesia dan dunia. Dengan demikian, berdampak pada pertumbuhan ekonomi, peningkatan pekerjaan, kemajuan sosial dan perlindungan sumber daya alam. Sehingga, sangat penting dalam pembangunan berkelanjutan dalam mendukung kebutuhan dasar masyarakat, akses peluang demi kesejahteraan masyarakat. Pariwisata berkelanjutan memiliki perspektif jangka panjang untuk menghindari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Dalam industri pariwisata setiap hari mengalami peningkatan persaingan dalam menciptakan produk/layanan baru atau produk/layanan yang baru dengan cara-cara berbeda untuk lebih maju dari pesaing. Industri pariwisata harus memastikan setiap produk/layanan inovatif harus berkelanjutan. Industri pariwisata memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengadopsi kebijakan yang berkelanjutan, di mana tidak hanya menghargai lingkungan, akan tetapi juga mempromosikan ekonomi dan kesadaran sosial. Selain itu, industri pariwisata juga memiliki kapasitas keuangan yang lebih besar dibandingkan dengan perdagangan lokal. Berikut adalah kebijakan yang dilakukan oleh industri pariwisata, namun pelaksanaannya bergantung pada pihak manajemen pelaku pariwisata dalam meningkatkan kebijakan keberlanjutannya, sebagai berikut:

  1. Green Product/Services Features

Dengan pesatnya kemajuan teknologi dan kesadaran akan lingkungan, memungkinkan para pelaku di industri pariwisata mengurangi emisi CO2 dan dampaknya pada lingkungan melalui desain produk/jasa yang ramah lingkungan. Pelestarian lingkungan berintegrasi dan tidak merusak fitur-fitur yang ada di sekitarnya. Lokasi wisata memenuhi syarat jika mendorong pelestarian warisan budaya dan ekonomi lokal. Industri pariwisata berkelanjutan berkontribusi pada citra destinasi wisata yang baik dan menguntungkan ekonomi.

  • Food and Beverages Management

Semua orang menyadari pentingnya food and beverages sustainability melalui banyaknya penyajian dan konsumsi makanan selama ini. Food and beverages sustainability menggunakan produk lokal untuk berkontribusi pada ekonomi lokal. Proses produksi perlu diperhatikan untuk menjamin efisiensi energi dan emisi CO2 yang rendah. Produksi pangan berkelanjutan memanfaatkan sumber daya alam dengan cara tidak boleh mengkonsumsi sumber daya tersebut secara berlebihan dan membahayakan. Food and beverages sustainability adalah menu yang harus sehat, bergizi, higienis dan aman dikonsumsi.

  • Kitchen Island

Kitchen adalah area yang paling banyak menghasilkan energi. Hal ini, dapat dikurangi dengan memasang peralatan energi yang efisien dan pelatihan karyawan yang benar. Jadi, untuk memastikan efisiensi energi di dapur dapat ditinjau dari tata letak, peralatan yang digunakan dan tindakan/aktivitas SDM di dapur. 

  • Tourist Awareness

Industri pariwisata telah melangkah lebih jauh, dengan menarik perhatian para wisatawan melalui informasi-informasi untuk mencapai kesadaran para wisatawan. Misalnya para pemandu tour melibatkan para tamu dan komunitas lokal serta lingkungan untuk menunjukkan pentingnya melestarikan budaya dan alam. Inisiatif keberlanjutan mengajak wisatawan mengadopsi kebiasaan agar memiliki sikap keberlanjutan yang sama dengan para pelaku wisata. Menerapkan konsumsi keberlanjutan kepada wisatawan dan masyarakat maka menunjukkan kegiatan seperti: 1) pengurangan konsumsi energi, air, dan limbah; 2) daur ulang; 3) penggunaan transportasi umum; 4) konsumsi makanan lokal; 5) dukungan pada proyek perlindungan lingkungan. Ada juga konsumsi keberlanjutan yang memberikan pengaruh yaitu kesejahteraan pribadi, ekologi, etika, dan gaya hidup.

  • Waste Management

Industri pariwisata juga menghasilkan limbah yang cukup banyak, oleh sebab itu perlu manajemen yang baik dalam penerapannya. Kebijakan 3R dapat menjadi pedoman manajemen dalam penerapannya, yaitu: Reduce, Reuse, Recycle. Kebijakan reduce berupaya memilih sumber daya yang tepat guna untuk meminimalkan akibatnya pada lingkungan. Hal ini, untuk menghilangkan/mengurangi biaya yang tidak diperlukan. Kebijakan reuse menghimbau untuk pengunaan kembali atau setiap kali sesuatu dapat digunakan kembali, sekali atau beberapa kali, sebelum dibuang sebagai sampai bisa digunakan kembali. Kebijakan recycle adalah daur ulang di mana dari jenis sampah dapat digunakan kembali atau dibuang dengan benar.  Dengan manajemen limbah yang baik, maka citra industry pariwisata pun ikut baik. Dan, memberikan keuntungan ekonomi tambahan bagi pelaku industry pariwisata, baik itu melalui penghematan yang diperoleh dengan menghilangkan limbah ataupun memberikan keuntungan dari penjualan produk second.

  • Water Management

Pengelolaan air di industri pariwisata merupakan sesuatu hal yang sensitif, sebab membatasi konsumsi air berdampak pada ketidakpuasan pelanggan. Sedangkan air merupakan aset yang terbatas, sehingga tidak boleh disia-siakan. Salah satu contoh pada sektor perhotelan, di mana air yang dikonsumsi lebih banyak berasal dari hunian kamar hotel. Selain itu, juga ada aktivitas lain seperti penggunaan air di kitchen, laundry dan public area. Adapun langkah-langkah terbaik agar tidak berdampak pada kenyamanan tamu maupun kebersihan dan higienitas hotel, yaitu:

  1. Tamu dapat memakai handuk dan sprei selama lebih dari satu hari asalkan kondisinya layak pakai, hal ini untuk mengurangi konsumsi air yang dilakukan oleh laundry.
  2. Menginformasi point A melalui pamflet yang ditempel di kamar hotel, untuk meningkatkan kesadaran akan fakta tersebut. Namun, jika dirasa pelanggan ingin mengganti, maka disarankan untuk meletakkannya ke lantai.
  3. Sosialisasi pada karyawan hotel untuk meningkatkan kesadaran akan penghematan air dalam aktivitasnya di hotel.
  4. Menggunakan peralatan dan cara untuk menghemat air.
  5. Energy Efficiency

Kebijakan ini dirancang sejak awal penciptaan produk/layanan pariwisata ataupun destinasi wisata. Misalnya  memakai alat yang efisiensi energinya tinggi. Dengan menerapkan sumber energi yang sebagian besar terbarukan, dapat memaksimalkan tempat secara jangka panjang.

KEUNGGULAN KOMPETITIF PARIWISATA BERKELANJUTAN

Saat ini, banyak pebisnis yang hanya mempertimbangkan investasi awal dari suatu usaha, tanpa melihat opsi laim yang jauh lebih menguntungkan dalam jangka panjang atau adanya keberlanjutan. Sebagian besar kebijakan keberlanjutan memiliki nilai akuisisi yang tinggi atau memerlukan kepekaan yang besar pada para pebisnis dalam jangka panjang. Kebijakan tersebut diharapkan mampu menghasilkan lebih banyak manfaat dan keunggulan kompetitif. Dengan demikian, penerapan kebijakan keberlanjutan menghasilkan keuntungan yaitu pengurangan biaya dan diferensiasi. Yang dimaksud dengan pengurangan biaya dicapai melalui konsumsi air yang lebih rendah, pengelolaan energi dan limbah yang lebih efisien melalui pengurangan limbah dan konsumsi. Sedangkan, diferensiasi terjadi karena perusahaan menawarkan produk/jasa yang dianggap ramah lingkungan atau dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat, maka perusahaan akan lebih menonjol dibandingkan yang lain. Selain itu, diferensiasi berkontribusi pada reputasi yang lebih baik dan akibatnya pada keterikatan dan kesetiaan yang lebih besar dari para wisatawan yang semakin sadar akan peran perusahaan sebagai agen sosial.

Fakta menunjukkan segmen pasar yang baru mulai muncul, peduli dengan masalah lingkungan dan sosial, meningkatkan peluang baru untuk mengembangkan produk/layanan, dan perusahaan memanfaatkan sepenuhnya kemajuan teknologi yang menawarkan solusi berkelanjutan. Di sisi lain, perusahaan juga menghormati peraturan pemerintah tentang kewajiban lingkungan, tidak hanya menghindari biaya penalti, tetapi juga menunjukkan kontribusinya pada masyarakat modern dan berkelanjutan. Jadi, keunggulan kompetitif timbul dari praktik kegiatan berkelanjutan hasil dari penerapan serangkaian tindakan yang membutuhkan pembaruan dan adaptasi terus menerus terhadap kebutuhan baru yang muncul.

SIMPULAN

Industri pariwisata memiliki kapasitas untuk menghasilkan pergerakan jutaan orang, akibatnya ribuan mata uang berkontribusi pada pariwisata. Namun, pertumbuhan pariwisata yang tidak terkendali dapat menyebabkan kerusakan seperti degradasi lingkungan dan budaya, rusaknya ekosistem yang rapuh, munculnya polusi, timbulnya konflik antara turis dan penduduk lokal, kepadatan penduduk yang berlebihan, dan sebagainya. Kerugian yang ditimbulkan dan untuk kesejahteraan global, maka pariwisata harus mengadopsi Langkah-langkah berkelanjutan, yang bertindak sebagai alat konservasi dan memungkinkan pelestarian kawasan alam dan satwa liar, serta situs-situs arkeologi dan sejarah, pengelolaan sumber daya yang efisien, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui investasi local dan kepedulian terhadap kelangsungan jangka panjang, dan sebagainya. Akan tetapi, untuk melaksanakan pariwisata berkelanjutan para pemangku kepentingan memainkan peran penting, sebab mereka memengaruhi dan dipengaruhi  oleh aktivitas organisasi pariwisata lainnya, dan berkaitan dengan pariwisata berkelanjutan.

Situasi dan kondisi pariwisata saat ini, dalam skala dunia menunjukkan isu keberlanjutan ke tingkat yang lebih tinggi. Peran komunikasi digital mengubah perilaku konsumen dalam pemasaran wisata. Dalam hal ini, strategi komunikasi yang digunakan para pelaku pariwisata menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Strategi komunikasi fokus pada jejaring sosial untuk menarik perhatian publik. Komunikasi online memfasilitasi interaksi antara turis dan pelaku usaha wisata. Penguatan ikatan sebagai entitas pariwisata merupakan konsekuensi dari pesan yang digunakan dalam konteks online dan komunikasi digital yang hadir di jejaring sosial. Konsumen, turis, pengunjung dan generaasi yang berbeda menyukai dan menghargai jenis pendekatan komunikasi yang digunakan di media sosial. Audiens lebih mampu memahami makna pesan publikasi dan upayanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDIndonesian